Bismillahirrohmanirrohiim
Sebelum bicara lebih jauh, apa sich cita-cita itu?! cita-cita adalah rangkaian mimpi yang berusaha kita wujudkan. Well kembali pada masa SMA. Masuk Bahasa memang pilihanku tapi sebelumnya aku gak siapin diri 100%. Hasilnya sering BT saat dikelas (cuma diawal pengajaran ko.hehe). Suasananya ruamee kaya' pasar. Penampilan siswa-siswinya sangat beragam. Ada yang dari wajahnya aja sudah keliatan kalau dia doyan nyontek. Ada juga yang selalu sibuk dengan bedak dan teman-temannya (tisu,cermin, lipgloss dll). Aku berusaha kontrol diri sebelum aku ikutan "aneh" kaya mereka. Semua perilaku mereka aku analisis (gayanyaaaa :D). Mungkin analisis dan aksi yang dilakukan tepat, belum lagi bantuan dari ke3 teman yang lain (baca yang part1 y..hehe), sehingga gak butuh waktu lama mereka sudah "jinak". Prestasi demi prestasi dirangkai oleh kelas kami. Persaudaraan terjalin baik didalam atau diluar kelas. Satu kata, Alhamdulillah. Allah selalu membantu mereka yang mau berubah.
Aku masih ingat betul. Ada satu teman bahasa yang sangat berkesan. Kenapa? Karena mengajaknya untuk menjadi anak sekaligus siswa yang lurus sangat susah. Suatu hari orangtuanya dipanggil kesekolah. Kena skors sering banget, bahkan diancam DO. Jujur, aku ngeri juga sama dia. Sudah tinggi, hemmm gimana ya. Pokoknya aku agak serem sama dia. Jadi mau nasehatin juga bimbang (kaya' diri sendiri sudah bener aja?Ngak juga. Sudah aku bilang aku tertarik dengan yang marginal). Aku lihat dia jarang sekali shalat, bahkan shalat jum'at. Malamnya aku berdo'a, bertekad untuk berbicara dengannya besok (karena besok jum'at). Setelah pembicaraan yang panjang dan lugas diapun melangkahkan kaki kemasjid. Sampai selesai jum'atan aku belum juga dapat angkot. Pas banget khan? Begitu lihat dia aku kembali masuk sekolah. Terpilihlah ruang OSIS sebagai tempat persembunyianku.hehe, mumpung masih sepi. Ups! dia menemukanku. Apa yang terjadi disana?! SubhanAllah, aku gak pernah tau kalau dia akan melakukan itu. dia duduk didepanku dan menangis. dia bilang kata-kataku tadi persis seperti perkataan ibunya, "dan mungkin ini juga yang dimau ibu". Sejak hari itu panggilan "komodo" yang dia biasa pakai untuk memanggilku sudah tidak terdengar lagi. "Bu Haji" adalah panggilan baruku. Alhamdulillah, malah dido'ain naik haji.
Bersambung...
20 Muharram 1433H
05.20am
Kangenku pada mereka, teman-teman bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar