P.R.O.U.D. B.E. A. M.U.S.L.I.M

Assalamu'alaikum warrohamtullah wabarokatuh ~Islam Is My Way~

Rabu, 18 April 2012

Menjadi Ayah

Bismillahirrohmanirrohiim,

Mendengar kata "ayah" sudah pasti yang tergambar dibenak kita adalah lelaki tegas yang penuh tanggung jawab. Lelaki yang menjadi tulang punggung keluarga, menyekolahkan anak, membayarkan listrik, pajak rumah dan masih banyak lagi. Dalam hidup ana sosok lelaki itu ana panggil dengan sebutan aba. Ah rasanya sudah sangat lama sekali ana tidak mengucapkan kata itu. Wajahnya sudah lama tidak terlihat dan suaranya sudah lama tidak terdengar. Ana sangat merindukannya. Selama 20tahun aba mengajarkan pada ana bagaimana harus tegas pada hidup. Bahwa sesungguhnya tidak ada kata menyerah jika nafas masih Allah pinjamkan untuk kita. Ana ingat tentang semua hal yang beliau ajarkan. Tentang bagaimana kerja cerdas dan jujur. Tentang bagaimana menjadi sederhana.
Waktu itu ana duduk dikelas 3 SMP. Merengek untuk dibelikan handphone (karena berapa teman dekat ana sudah punya alat komunikasi itu), tapi aba biasa saja. Tidak mengatakan sepatah kata. Ana berkata, "Ah aba cuek. Gak bisa nurutin kemauan anak." Sampai ana duduk dikelas 1 SMA alat komunikasi itu belum juga ada ditangan ana. Saat teman sekelas bertukar nomor ana hanya senyum. Tapi tetap dalam hati berkata "sepulang sekolah merengek keaba lagi ahh. kali ini harus benar-benar merengek". Sepulang dari sekolah ana tidak melihat aba. Seperti biasa ana langsung masuk kedalam kamar. Ketika sore menjelang malam aba datang, "Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam..." jawab ana dari dalam kamar (dulu kamar ana sebelahan dengan ruang tamu).
"Mbak rhya, aba punya sesuatu.."
"Nopo ba, mbak rhya lagi belajar", padahal lagi tiduran.
"Buka dulu pintunya.."
Ana buka pintu dan aba memberikan tas yang terbuat dari bahan daur ulang. Ana buka perlahan. Disana ada gambar alat komunikasi dengan tulisan SIEMENS. Alat komunikasi dengan layar monocrom (hitam putih) dan layarnya hanya sebesar ibu jari. Kalau mau baca pesan ya harus sabar, karena memanjang. Ana perhatikan kardusnya yang sudah kotor. Ana tau itu handphone second, bukan juga tipe terbaru tapi bagaimanapun ana wajib berterimakasi, "terimakasi aba.."



ini handphone yang aba kasih keana dulu ^^
Waktu terus berjalan dan terlalu banyak hal yang aba ajarkan. Pernah disuatu hari kami sekeluarga diuji Allah. Sampai alat transportasi yang ada dirumah terjual semua. Mobil motor, semua terjual. Ana lihat ada guratan cemas diwajah aba. Mungkin beliau sedang berpikir bagaimana dengan kami, anak-anaknya. Bagaimana dengan sekolah kami, biaya hidup kami. Dari guratan wajah cemas berubah menjadi semangat kerja. Aba bekerja tidak kenal lelah. Apa yang rusak dirumah selalu beliau kerjakan sendiri. Sanyo rusak, ngecat rumah, genteng bocor, nyuci mobil, semua beliau lakukan sendiri. Aba boleh tidak terlihat lagi, aba boleh terbaring beralaskan tanah, tapi semua ilmu yang aba ajarkan akan tetap hidup dalam diri ana.
Kini ana yang menggantikan peran aba. Hampir 4tahun ana hidup dengan peran ini. Menjadi sosok ayah yang tegas dan bertanggungjawab. Menafkahi keluarga adalah hal yang membahagiakan. Menyekolahkan adek, mebayar listrik, merawat ibu, kakak, adik, rumah, mobil dan yang lainnya. Sekarang ana tau mengapa aba tidak langsung mengiyakan rengekan-rengekan ana. Karena masih banyak kebutuhan lain yang harus dibayarkan. Masih banyak hal yang perlu dipikirkan. Sekarang ana tau mengapa kami anak-anaknya beliau belikan hal-hal yang lebih baik dari apa yang aba gunakan (baik itu handphone, sepatu atau baju) karena memang begitulah sosok ayah. Memberikan yang terbaik pada mereka yang Allah titipkan. Saat adek meminta tas atau sepatu baru yang ana lakukan hanya diam. Dalam hati ana berkata, "nanti ya sayang.. saat kakak sudah punya cukup uang". Terkadang diri merasa lelah sampai tidak jarang yang namanya demam datang menghinggapi tubuh. Yang ana lakukan hanya istirahat, cukup makan dan minum air putih. Ana tidak mau sakit, karena itu berarti akan ada uang keluar (pengeluaran tak terduga). Karenanya ana selalu minta pada Allah Yang Maha Memberi, agar ana dan keluarga senantiasa sehat, dilimpahkan rizki yang barokah, ilmu dan umur yang bermanfaat. Ana selalu mengingatkan pada diri, bahwa semua ini akan diminta pertanggungjawaban. Oleh hakim yang maha adil, Allahu Ya Kariim. Itulah kenapa ana harus memberikan contoh pada mereka, bagaimana menjadi perempuan islam. Meskipun masih banyak kekurangan disana sini, tapi ana terus berusaha menjadi aba yang baik. Menjadi teladan buat mereka. Ana uhibbukum fillah.

27 Jumadi Awal 1443H
19 April 2012
12.05pm (tengah hari saat ana begitu merindukan aba)
Untuk saudari-saudari ana yang bergelar ayah. Bersyukurlah karena tidak semua perempuan merasakannya. Bersabarlah karena semua ini adalah ibadah. Hamasah ya ^^

Tidak ada komentar: