Bismillahirrohmanirrohiim
(Januari
2010 dikutip dari note Dr. Agus S diblogspot)
Memang seperti itu dakwah...
Dakwah adalah cinta. Dan cinta
akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu. Sampai
perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah
lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah.
Tentang umat yg kau
cintai...
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot
saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging
terakhir yg menempel di tubuh rentamu.
Tubuh yg luluh lantak
diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari...
Seperti
itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah.Beliau memang akan tua juga.
Tapi
kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.
Sebagaimana
tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar.
Tapi
kaum muslimin sudah dibuat bingung, Tidak ada lagi orang miskin yg bisa
diberi sedekah.
Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit
membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar
bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian
meninggal.
Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa
yang tenang.
Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh
Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik.
Kepalanya sampai
botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana.
Kurang
heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris
sepanjang sejarah;
luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih,
yang sedang bermesra-mesraan dg Tuhannya saat sholat.
Dakwah
bukannya tidak melelahkan.
Bukannya tidak membosankan.
Dakwah
bukannya tidak menyakitkan.
Bahkan juga para pejuang risalah
bukannya sepi dari godaan kefuturan..
Tidak, Justru
kelelahan, Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang
hidupnya, Setiap hari.
Satu kisah heroik, akan segera mereka
sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena
rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani,
Justru
karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi,
akhirnya menjadi adaptasi...
Kalau iman dan godaan rasa lelah
selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan
rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman, Lalu
terus berkobar dalam dada...
Begitu pula rasa sakit...
Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga “hasrat untuk
mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda,
dibandingkan jihad yang
begitu cantik...
Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia
histeris.
Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk.
Bukannya
tidak cinta pada abu Bakar,
Tapi saking seringnya “ditinggalkan” ,
hal
itu sudah menjadi kewajaran.
Dan menjadi semacam tonik bagi
iman..
Karena itu kau tahu,
Pejuang yg heboh ria
memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore,
Yg takjub pada
rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu.
Karena mereka jarang
disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka
memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu
mereka kerjakan,
sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa
menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa
para mujahid sejati,
“ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh
Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang…
“Maka satu lagi
seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah.
Tapi
iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…
“Teruslah bergerak, hingga
kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah
berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah
berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah
bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah
berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
30 januari 2012
06 Rabiul awal 1433H
18.50
Untuk saudara seperjuangan dalam islam, salam ukhuwah fillah. Jangan pernah menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar